VectorLinux merupakan salah satu distro Linux hasil dari turunan Slackware. Tentu saja dengan berbagai kustomisasi, developer Vector mengusung distro yang ringan dan kencang. Pada tanggal 15 Mei 2007 aku mendownload file .iso VectorLinux ini dengan ukuran sekitar 699MB, lalu kuinstall pada sebuah laptop untuk diujicoba. Sebagai catatan bahwa review menyadur review milik Susan Linton, dan bisa dikatakan “menterjemahkan” review tersebut namun dengan percobaan nyata.
VECTORLINUX is a lighterweight, fast, Linux operating system for Intel-AMD x86 compatible systems and is based upon Slackware, one of the original Linux distributions.
…
VectorLinux is considered to be the fastest, non-source Linux distribution on the planet!
Sedikit gambaran dari kutipan itu bahwa VectorLinux adalah distro yang ringan dan cepat, sistem operasi Linux yang kompatibel dengan prosesor arsitektur Intel dan AMD x86 yang berbasiskan distro Slackware. Vector Linux berada pada posisi 17 dalam rangking hit Distrowatch, dan halaman Vector di Distrowatch bisa dilihat disini.
Prosedur instalasi Vector merupakan variasi dari model instalasi Slackware dengan penambahan beberapa langkah yang membuat konfigurasi sistem berjalan dengan mudah bagi pengguna (user-friendly). Sama halnya dengan Slackware, Vector juga masih menggunakan cfdisk untuk partisi harddisk. Jika harddisk telah terpartisi ext2/ext3/reiserfs atau partisi linux yang lain, maka kita bisa memilih untuk langsung menggunakannya untuk partisi root (/) dan/atau bila ada partisi yang lain (misal untuk /home). Namun bila belum ada partisi, maka kita harus membuat terlebih dahulu dengan memilih jenis format partisi dan kapasistasnya. Penggunaan cfdisk mungkin juga masih membingungkan bagi pengguna linux pemula, karena tampilan yang ada termasuk jenis program under DOS karena tidak ada tampilan grafis didalamnya. Jika kebingungan dengan model program partisi seperti itu, hal itu saya atasi dengan membuat partisi terlebih dahulu dengan menggunakan Gparted, karena sudah menggunakan GUI untuk mempartisi. Setelah ada partisi untuk linux, baru menjalankan prosedur instalasi Vector.
Lanjut menuju instalasi Vector, setelah prosedur pembuatan dan pemilihan partisi selesai, selanjutnya menuju proses kategori software dan konfigurasi sistem. Tidak sama seperti kategori ketika instalasi Slackware, Vector hanya memberikan pilihan 2 saja, yaitu openoffice.tlz dan kernel-src.tlz. Sudah bisa terbaca kalau itu aplikasi OpenOffice dan kode sumber Kernel Linux (yang bisa dipakai untuk kompilasi aplikasi yang membutuhkan header kernel linux). Selain itu paket aplikasi di Vector terinstalasi secara default seperti Firefox, Seamonkey, Pidgin, MPlayer, dan lain sebagainya. Proses berikutnya adalah konfigurasi dengan menu panduan langkah demi langkah untuk konfigurasi, termasuk setting pengguna (user setup), resolusi layar monitor, nama host (hostname), konfigurasi jaringan, password root, dan bootloader dengan pilihan untuk menggunakan LILO atau GRUB.
Setelah semuanya proses instalasi selesai dan restart, butuh waktu sekitar semenit ketika mulai laptop ini menyala hingga masuk ke sistem desktop. Di dalam desktop ada beberapa ikon, salah satunya sebuah link dokumentasi (Help Forum dan Vector Docs), direktori lokal (Home dan Media), Internet Browser (Sea Monkey), Email dan IM Client, Package Manager (GSLAPT), dan Trash. Di area panel terdapat menu sistem (KDE Menu), beberapa shortcut (quick launcher), Desktop Pager (sejenis virtual desktop), System Tray, dan penunjuk waktu di paling sudut. Dalam menu KDE secara default terinstal berbagai aplikasi KDE suite dengan tambahan aplikasi dan tools Vector. Manajemen paket aplikasi dihandel menggunakan GSLAPT (hampir sama dengan Synaptic Package Manager milik Ubuntu). Jika kita menginginkan untuk menginstall aplikasi dengan paket Slackware, kita bisa klik kanan file tersebut kemudian pilih Action, lalu VectorLinux Package dan Install.
Vector Linux memiliki sebuah sistem konfigurasi bernama Vector Administration System Menu (VASM), sejenis seperti dengan YAST di SuSE atau Control Center di Mandriva. Tools ini memiliki beberapa menu salah satunya untuk setting password user, mengganti window manager yang ingin digunakan, user skeleton (adalah semacam setting untuk aplikasi atau proses yang difungsikan untuk bisa berfungsi dengan baik dan/atau user-friendly), dan setting SUPER yang hanya bisa diakses dengan akun root. Setting SUPER ini termasuk di dalamnya setting deteksi hardware, manajemen pengguna, setup server X, servis dan prosedur booting, nama host (hostname) dan jaringan (networking), konfigurasi hardware dan sistem file.
Vector Linux ini kucoba dengan menggunakan Laptop TOSHIBA seri Satellite M35X-S311. Semua hardware berfungsi dengan baik dengan konfigurasi otomatis dari Vector. Soundcard dan VGA bisa terdeteksi dengan baik yang ketika login sudah bunyi musik pembuka dari Vector dan resolusi default bisa tersetting di 1280×800. Networking juga berjalan dengan baik, ethernet maupun wireless bisa terdeteksi dengan baik. Vector juga memiliki setup yang mudah untuk setting wireless dan menurut review yang kusadur bahwa Vector sudah memiliki driver yang support enkripsi WEP dan WPA. Namun sayang untuk koneksi wireless belum sempat kucoba karena disini tidak ada akses point untuk mencobanya, dan kalau harus pergi ke hotspot agak repot.
Installer Vectorlinux hanya dikemas dalam sebuah CD, namun memiliki berbagai aplikasi suite. VectorLinux menggunakan Kernel 2.6.20.3, Xorg 6.9.0, GCC 3.4.5 dan KDE 3.5.6 sebagai salah satu fondasi dasar sistem. Semua aplikasi standar KDE terinstall didalamnya, termasuk paket development (Web Development dan QT) serta berbagai permainan (Games). Vector memiliki aplikasi untuk grafis yaitu GIMP, Xara Extreme, showFoto, digiKam, dan XSane. Untuk aplikasi internet ada Seamonkey Internet Suite, Firefox, Opera, Dillo, Lynx dan Konqueror. Pidgin (dulu bernama GAIM) dan XIRC untuk chatting, FTP client, Grsync, dan juga ada tools untuk monitoring koneksi wireless. Multimedia di Vector ada MPlayer, Amarok, mhWaveEdit, JuK, K3b, GTV, Xine, Kaboodle, dan VLC Media Player. Untuk aplikasi office terdapat OpenOffice.org 2.2, J-Pilot, dan Tellico.
Akhirnya setelah beberapa waktu kucoba ternyata Vector ini ya lumayanlah memang bisa terasa lebih baik dari Slackware, namun bukan berarti aku mengatakan Slackware tidak bagus. Bagiku Slackware cenderung masih agak rumit untuk bisa digunakan sehari-hari, termasuk masih mengusung kernel 2.4.x yang tidak memungkinkan untuk deteksi hardware dengan baik, apalagi dengan teknologi sekarang ini yang sudah semakin canggih. VectorLinux bisa dikatakan memberikan alternatif untuk menggunakan sistem Slackware, namun dalam kemasan yang berbeda. Seperti turunan distro Slackware yang lainnya: Zenwalk, SLAX, SLAMPP, Backtrack, dan masih banyak yang lain memiliki ciri khas tersendiri dalam mengemas Slackware. Berbeda dengan versi Vector Linux Standard yang menggunakan desktop XFCE, Vector Linux SOHO ini bisa dikatakan mempunyai aplikasi yang memang sudah cukup memadai bagi kalangan SOHO (Small Office and Home), namun juga tidak menutup kemungkinan untuk menambah aplikasi lain yang sesuai dengan kebutuhan dengan GSLAPT.
Kesimpulan dari hasil ujicoba bahwa Vector Linux ini memang benar terhitung ringan dan sangat cepat. Untuk proses booting membutuhkan waktu sekitar semenit, dan untuk proses shutdown hanya sekitar 30an detik. Mohon maaf untuk screenshot tidak bisa kutampilkan disini, tapi screenshots lengkap bisa dilihat di halaman screenshot Vector Linux, dan juga dari TuxMachines.
Demikian sedikit tulisanku dalam menilai distro Vector Linux 5.8 SOHO ini, dan juga mestinya membutuhkan masukan dan komentar dari yang lain atas uji coba distro ini. Kurang lebihnya ya sementara hanya ini dulu yang bisa kutulis dan kusampaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar